Pengawasan ketat pemerintah Iran juga berlaku di dunia maya. Jejaring
sosial seperti Twitter dan Facebook tak bisa dibuka di negara itu.
Saat
KTT gerakan Non-Blok ke-XVI di Teheran yang dihadiri Wakil Presiden
Boediono, para wartawan mencoba membuka Twitter namun tak berhasil. Jika
alamat Twitter dimasukan dalam browser maka timeline dan lambang burung
kecil biru yang merupakan logo Twitter tak terlihat. Yang keluar justru
sebuah halaman penuh yang berisi tulisan-tulisan berbahasa Iran, Jumat
(31/8/2012). Hal yang sama terjadi saat mengetikkan alamat Facebook ke
browser.
Sama seperti Twitter dan Facebook, alamat www.detik.com
juga gagal dibuka di Teheran, Iran. Saat alamat www.detik.com dimasukan
ke browser maka yang muncul adalah sebuah halaman berisi tulisan-tulisan
berbahasa Iran sama seperti yang didapatkan jika mengetik alamat
twitter dan Facebook di browser internet.
Namun berita-berita detik masih bisa dilihat jika diakses langsung dari masing-masing kanal seperti di http://news.detik.com, http:// finance.detik.com dan http://sports.detik.com. Berita-berita detikcom masih bisa dilihat jika diakses langsung dari alamat-alamat tersebut.
Pada (13/2) lalu memberitakan dalam rangka memperingati Revolusi Islam 1979, Iran memblokir sejumlah situs. Pemerintah Iran memperketat kontrol akses internet dan memastikan warganya tidak bisa mengakses situs-situs populer.
Media
setempat melansir, sekitar 30 juta warga Iran melaporkan tidak bisa
mengakses Facebook, Gmail, Yahoo, Hotmail dan sederet situs lainnya.
Dikutip dari Hacker News, Senin (13/2/2012), pemblokiran dilakukan Iran
sejak Kamis pekan lalu.
Meski belum ada pernyataan resmi dari
pemerintah, media Iran menduga kuat hal ini dilakukan untuk mencegah
pecahnya gelombang protes dari kelompok oposisi.
Hingga sekarang,
warga Iran umumnya menggunakan semacam 'jalan tikus' agar lolos dari
sensor pemerintah. Namun kini, dilaporkan banyak pengguna internet Iran,
program semacam itu pun tak lagi memungkinkan akses ke situs seperti
Facebook.
Iran memang menunjukkan ambisinya untuk memegang
kendali penuh atas akses informasi bagi warganya. Saat ini negeri yang
dipimpin Mahmoud Ahmadinejad itu tengah getol menguji internet domestik.
Jaringan yang diklaim 'halal' ini, nantinya akan membatasi warga Iran
dari penetrasi situs asing, termasuk Facebook dan Twitter.
Pihak
berwenang Iran bahkan mewajibkan para pemilik internet kafe di sana
mengumpulkan informasi klien mereka. Jika menolak, bisnis internet kafe
itu bakal dihentikan.
sumber:detikcom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar